Sikecil Adi
Hari selasa pagi pukul 06.00. Aku Siap - siap untuk berangkat sekolah, tapi aku mulai cemas dan khawatir pekerjaan rumah belum di selesaikan. Lupa kemarin malam nonton Naruto di rumah tetangga. "Bagaimana ini?" mulai kebingungan dan cemas, aku sempat berpikir untuk bolos sekolah saja, tapi bagaimana bolos sebelumnya belum pernah sama sekali tidak bolos, takut ketahuan sama mbah.
Mbah orangnya kecil dan tidak terlalu tinggi, terbilang galak dan mempunyai wibawa yang tinggi, sampai Kepala Desa di tempatku takut menghadapinya. Terdengar suara langkah kaki dan batu kecil yang mereka tendang dari jalan.
"Pasti itu temanku. Sebentar lagi memanggil." Sambil merapihkan baju
"Adi Adi Adiiiiiiiii!" Seru teman - temanku
"Yah bentar tunggu."
Dalam hati berkata "Benar dugaanku, gi mana nih!"
Aku keluar dari kamar tertunduk lesu tanpa harapan bakalan naik kelas tahun ini, wajah keringat dingin begitupun dengan tangan seperti sedang sakit. Mulai menghampiri Mbah, berjalan perlahan sedikit demi sedikit aku melirik untuk melihat wajah garangnya. Mbah menatapku dengan tatapan Elangnya, sempat aku berhenti dan menghela napas. Agar tidak terlalu gugup. Aku mencium lengan lebar yang kekar itu sambil bergetar, tanpa melihat wajahnya karena ketakutan.
"Kamu kenapa Di!" Tanya Mbah
"Ga........papa, Mbah" Sambil terbata - bata.
"Kamu sakit?"
"Ga, Mbah. Aku berangkat ke sekolah dulu."
"Hati - hati di jalan."
Keluar dari rumah, teman sudah menunggu. Kami berjalan jumlahnya lima orang, di dalam perjalanan jantung berdetak kencang Dag....Dig....Dug, kaki bergetar, tangan berkeringat dingin, dan wajah pucat lemas. Tidak ada harapan lagi untuk berangkat sekolah. Apalagi teman membicarakan tentang pekerjaan rumah, aku hanya tertunduk lemas di setiap perjalanan tanpa ada satu kata terucap.
****
Sampai di sekolah waktu menunjukan pukul 07.00 bel pun berbunyi, "Akhirnya! masuk kelas." Aku buru - buru duduk ditempat biasa dengan mengatur nafas, dan menyiapkan buku dan alat tulis, mencoba untuk mengerjakan PR sebisa mungkin dari soal satu sampai sepuluh, masih tidak bisa. Mencoba memperhatikan sekeliling tengok kanan dan kiri, belakang dan depan, semua temanku tampak tenang, berbeda denganku yang panik.
Bu Guru Marni datang beliau guru yang paling galak tapi lebih tepatnya tegas di sekolah, apalagi Bu Marni wali kelas di tempatku belajar, badannya yang tegak membuat siapapun yang menghadapinya takut. Beliau duduk, sontak aku tambah gugup melihatnya, berbanding terbalik denganku yang hanya wakil ketua kelas yang lupa mengerjakan PR Matamatika. Apa pikiran temanku menjadikanku wakil ketua kelas, apa lagi aku paling bodoh di pelajaran matamatika.
Berbeda dengan pelajaran mengambar, aku bisa mengekspresikan diri yang sebenernya bebas tanpa tekanan, gambarku tidak pernah mengecewakan. Aku memimpin doa kelas lima, sampai selesai. Bu Guru membuka buku absen dan memanggil satu persatu murid.
"Ali!" Ucap Bu Guru dengan nada tinggi.
"Hadirrr" Ucap Ali.
Sampai absen yang kelima.
"Adi Adi Adiiiiii!!!" Sambil meninggikan suaranya.
Waktu itu bengong dan memikirkan PR yang belum di kerjakan, sampai tidak tau kalau namaku di panggil.
"Adi, Bu guru manggil kamu tuh!" Sambil Ali mencolek dari belakang.
"Ha......dirrr, Bu! ma'af tadi bengong" Ucapku, sambil mengangkat tangan yang dingin karena ketakutan.
Setelah selesai absenya, bu guru langsung membicarakan.
"PR Matamatika sudah selesai anak - anak?"
"Sudah selesai, Bu!" Ucap temanku.
"Ayo kerjakan di depan papan tulis, Ibu akan absen satu - persatu dalam mengerjakan"
"Siap, Bu!" jawab teman - teman.
"Damm!!!!" dalam hatiku berkata
"Gi mana nih! apa, aku alasan saja. ke kamar mandi" Sambil mengusap keringat dingin di kening.
"Giliran, Adi maju kedepan" ucap Bu Marni sambil menatapku.
"III......Iya, Bu!" Dengan nada lirih aku tertunduk.
Aku kedepan dengan membawa buku, yang hanya tulisan soal kemarin yang aku catat. Mengambil kapur dengan tangan yang basah, sambil sesekali aku mengusap keringat dingin di kening. Mulai menulis soal kembali agar lama mengerjakannya, lima menit kemudian, sepuluh menit dan seterusnya. Temanku, sudah selesai mengerjakan soal dan hanya aku yang tersisa di depan papan tulis, sambil memegang kapur dan buku. Bu Guru menghampiriku dari jauh, dan tepat di sampingku, sambil tatapan tajam melihatku dari balik kacamata nya.
"Ada apa, Dii?"
"Hmmm, a...a...ak......aku belum mengerjakan PR Bu" bisiku lirih sambil bergetar bibir.
"Apaa...!!!! kamu belum mengerjakan PR" dengan nada kerasannya, sontak aku kaget dan semua kelas jadi tau.
"Hukum, Adi aja Bu!" ucap temen - temanku.
Ibu Guru langsung menyetujuinya, aku di hukum di depan kelas dengan tatapan sinis dan tawa mereka. Aku pun tertuduk malu, marah, kesal, semuanya bercampur.
"Dasar, Bodoh!!!" Ucap teman di ujung kelas.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" teman sekelas bersorak seperti menonton bola.
Aku menutup kedua telinga dengan tanganku yang dingin, Bu Guru menenangkan teman - teman, dan membimbingku keluar dari kelas dengan tangannya yang merangkul tubuhku. Sampai di luar kelas dekat pintu aku bertanya.
"Bu, emangnya salah yah aku bodoh di Matamatika."
"Tidak salah, cuman kamu lupa mengerjakan PR." Sambil memeluk.
"Ibu, ke dalam dulu yah!" dan melepaskan pelukanya.
"Ya, Bu!"
Tidak sengaja aku mendengar suara lirih Bu Guru, sambil memasuki kelas.
"Dasar bodoh! kenapa aku bisa jadi guru dan wali kelasnya." Ucap Bu Guru.
Aku kaget dengan perkataannya. Dadaku sesak, ada rasa nyeri di sana yang harus aku simpan jauh-jauh, tapi mataku langsung merah. Mata kiri meneteskan air mata, aku usap mataku dengan tangan, mata kanan ikut meneteskan air mata tanpa henti dan menangis sejadi - jadinya.
"Owa....oowaaa waa."
Tangisanku membuat perhatian guru - guru lain yang ada di lapangan melihatku dengan tatapan aneh. Ada satu guru yang menghampiriku dan langsung memeluku dengan erat. Aku tambah nangis sekecang - kencangnya. Beliau menenangkanku dengan senyumannya yang membuatku berhenti menangis.
"Kenapa? Di"
"A...a..ku, belum mengerjakan PR, Pak guru."
"Ya, sudah lain kali di kerjakan, yah!"
"Ya, pak!"
Aku berhenti menangis dan pak guru pergi meninggalkanku yang berdiri di depan kelas sambil menghapus air mata.
Bersambung...
Revisi
Mohon kritikanya
#Pekerjaan_Rumah
#Guru
link fb : https://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/1964823526912862/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar